Sabtu, September 19, 2009

Pra RUPS: Mencermati Laporan Keuangan Emiten

Oleh: Shalahuddin Haikal*)

Selama bulan Maret kemarin, publikasi laporan keuangan perusahan publik bertebaran pada beberapa harian berperedaran nasional. Setelah ritual ini usai, April hingga Juni adalah musim RUPS. Salah satu agenda RUPS adalah pemberian acquit de charges (pelepasan tanggungjawab) atas pelaksanaan kepengurusan dan kepengawasan Perusahaan selama periode laporan keuangan. Sebelum acquit de charges, manajemen akan memaparkan laporan keuangan perusahaan. Sambil menunggu musim RUPS tiba, para pemegang saham perlu menganalisa kinerja keuangan perusahaan.

Nilai Informasi Laporan Keuangan Publikasian?

Laporan keuangan adalah kinerja perusahaan selama satu tahun buku yang dinyatakan dalam bentuk angka. Yang dipublikasi di media adalah laporan keuangan shortform berupa Neraca, Laporan Rugi Laba dan Laporan Perubahan Ekuitas yang kesemuanya berbasis accrual. Pemegang saham jangan buru-buru girang jika laporan rugi laba menunjukkan peningkatan laba bersih dibandingkan periode sebelumnya. Konsep accrual dan metoda penyisihan piutang tidak tertagih, menjadikan laba bersih pada laporan keuangan bersifat artificial. Pada perusahaan cash intensive, yang 100% pelanggannya bertransaksi secara tunai, misalnya operator jalan tol; usaha ritel, idealnya laba bersih sama dengan nilai kas yang diperoleh. Karena volatilitas nilai tukar valuta, maka perusahaan dengan pendapatan; biaya dan beban utangnya dalam valuta asing tetapi laporan keuangannya dalam Rupiah, Perhitungan Rugi Labanya terlebih dulu harus melalui proses translasi valuta asing ke dalam rupiah. Saat rupiah melemah, perhitungan rugi laba bisa overstated, tetapi saat rupiah menguat justru perhitungan rugi laba onderstated. Neraca dan laporan rugi laba bukan tidak penting, tetapi karena sifat-sifatnya, informasi yang didapat menjadi tidak riil, Bapepam-LK perlu mempertimbangkan Peraturan X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, dengan mewajibkan publikasi Laporan Arus Kas mendampingi Neraca dan Laporan Rugi Laba.

Mengapa Laporan Arus Kas?

Laporan Arus Kas Tak Pernah Bohong! Pada RUPS akan disajikan presentasi memukau dengan kecanggihan animasi presentasi; goodies bag, berisikan suvenir dan annual report yang dikemas secara mewah. Secara ketentuan, annual report seharusnya dibagikan h-14 sebelum RUPS, tetapi pada prakteknya, 100% emiten membagikan pada hari H. Annual report yang berisikan laporan kinerja Manajemen oleh Manajemen dan laporan kepengawasan oleh Dewan Komisaris disajikan dalam bahasa eufisme. Jangan terpukau dengan hal-hal artificial yang disajikan pada RUPS, agar tidak menjadi lame duck pada saat RUPS, sebelum datang ke RUPS, seyogyanya laporan keuangan dalam bentuk longform yang bisa diunduh pada situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) mulai dianalisa.

Analisa laporan keuangan auditan dapat dilakukan dengan analisa horisontal untuk melihat pertumbuhan dari tahun sebelumnya dan analisa vertikal untuk melihat beberapa rasio seperti rasio likuiditas, profitabilitas dan efisiensi. Aksioma pertama manajemen keuangan adalah cash is the king, karenanya ukuran keberhasilan manajemen selama 1 periode laporan keuangan adalah berapa banyak nilai tambah, berupa tambahan saldo Kas & Setara Kas yang dihasilkan oleh manajemen. Jika saldo Kas dan Setara Kas pada Neraca menurun dibandingkan tahun sebelumnya, berarti selama periode kepengurusan, manajemen tidak memberikan nilai tambah tetapi malah menggerogoti perusahaan. Menganalisa Laporan Arus Kas akan memberikan informasi penyebab penurunan atau kenaikan pada saldo Kas & Setara Kas. Selain itu, Laporan Arus Kas juga merupakan petunjuk dan penduga terhadap ada tidaknya agent-principal problem pada pengelolaan perusahaan. Agent-Principal problem adalah benturan kepentingan antara agent (dalam hal ini manajemen) dengan pemegang saham (principal). Agent-Principal problem dapat mengambil banyak bentuk dan wajah mulai dari yang paling halus sampai dengan yang paling kasar.

Laporan arus kas terdiri dari Arus Kas Operasi; Arus Kas Investasi dan Arus Kas Pembiayaan. Hasil penjumlahan ketiganya harus menambah Saldo Kas Awal Tahun sebagai Saldo Kas Akhir Tahun yang kemudian akan dipindahkan ke neraca sebagai Kas & Setara Kas. Arus Kas Investasi hampir selalu bernilai negative karena merupakan pengeluaran belanja modal perusahaan. Arus Kas Pembiayaan selalu bernilai positip karena merupakan aktifitas pembiayaan (utang bank, penerbitan/pelunasan obligasi, pembayaran dividen dll).

Tabel Siklus Kas, akan mempermudah analisa Arus Kas Operasi. Tambahkan informasi keuangan yang berasal dari neraca dan laporan rugi laba yakni: (1) inventory processing period (jumlah hari yang dibutuhkan persediaan untuk menjadi barang jadi) dan (2) average collection period (jumlah hari yang dibutuhkan untuk menagih piutang dagang) sebagai Siklus Operasi. Siklus Operasi menyatakan berapa hari dibutuhkan sejak perusahaan memesan bahan baku sampai dengan tertagihnya piutang dagang. Setelah Siklus Operasi didapat, diperlukan satu informasi keuangan lain, yakni (3) payable payment period (jumlah hari pembayaran utang dagang oleh Perusahaan). Mengurangkan informasi ini pada Siklus Operasi akan menghasilkan Siklus Kas Operasi. Dari tabel Siklus Kas Operasi, jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan kas dari aktivitas revenue-producing-nya dapat dengan mudah diketahui. Kas merupakan darah keberlanjutan usaha perusahaan, jika benar manajemen bekerja hanya untuk kepentingan pemegang saham, payable payment period harus lebih besar dari siklus operasi.

Sebaliknya jika Siklus Operasi lebih besar dari payable payment period, sudah pasti aktifitas revenue-producing perusahaan tersebut akan berdarah-darah dan akibatnya Arus Kas Operasi akan menjadi negatip. Pada perbankan, proses ini disebut matching & gapping sumber dana dengan penggunaan dana. Ketidaksesuaian sumber dana dengan penggunaan dana langsung berakibat insolvency. Pembayaran utang dagang yang lebih cepat dari Siklus Operasi harus dilihat dari konteks zero-sum game. Pemasok bahan baku diuntungkan karena menerima pembayaran lebih cepat, perusahaan dirugikan karena harus mencari sumber pembiayaan tambahan. Pada kondisi perekonomian yang serba tidak pasti seperti saat sekarang, jika manajemen perusahaan malah menambah Persediaan, apapun alasannya, tidak dapat diterima. Dapat dilihat terjadi upaya sistematis menguntungkan pemasok. Sangat boleh jadi yang menjadi pemasok perusahaan yang saham-sahamnya anda miliki, dimiliki oleh Manajemen perusahaan! Hanya ada satu kesimpulan: menguntungkan pemasok, merugikan perusahaan. Karena saham adalah residual claimant, bottom line-nya merugikan pemegang saham. Kondisi seperti inilah yang disebut agent-principal problem.

Kalau aktifitas revenue-producing-nya sudah berdarah-darah dan arus kas operasi sudah negatip sehingga Kas Akhir Periode turun dan mengurangi Kas Awal Periode, sudah pasti akun Kas dan Setara Kas pada Neraca akan turun. Jika sudah demikian, keputusan akhir ada pada tangan pemegang saham, segera menjualnya sebelum orang lain menyadarinya atau karena kecintaan pada perusahaan, pada RUPS, para pemegang saham perlu bertanya kepada manajemen perusahaan: nilai tambah apa yang anda berikan kepada Perusahaan?

Salam!


*) alumnus FRG-EUR, berhikmat sebagai faculty member FEUI, Depok.